Inilah Bukti Kecerdasan Periklanan yang diterapkan oleh Instagram
Jika ditanya aplikasi jejaring sosial
mana yang saat ini paling digemari di dunia, nama Instagram tentu
terselip menjadi salah satu jawabannya. Aplikasi yang saat ini sudah
masuk di bawah naungan perusahaan Facebook tersebut, menjadi salah satu
media sosial paling gencar digunakan karena beberapa alasan. Alasan
pertama adalah, Instagram menjadi salah satu pioner media sosial
berkonsep photo sharing. Alasan kedua, fitur yang ditawarkan oleh media
sosial Instagram terbilang cukup lengkap dan kompleks, ditambah dengan
adanya fitur editing standar namun hasil output yang didapatkan pengguna
sebelum memposting fotonya sangatlah menarik.
Kita akui bahwa konsep layanan yang
ditawarkan oleh Instagram memang berjalan dengan luar biasa. Namun
disaat usianya sudah beranjak matang untuk mulai menghasilkan profit
secara mandiri. Founder Instagram, Kevin Systrom menyatakan sama sekali
tidak ingin menampilkan jenis iklan konvensional yang bagi dirinya
sangat mengganggu. Lalu bagaimana strategi periklanan yang akhirnya
ditempuh oleh Instagram?
Kecerdasan Dalam Memanfaatkan Celah Peluang
Diketahui bahwa bagi perusahaan besar
yang bergerak di bidang bisnis online, memasang iklan menjadi salah satu
andalan untuk memperoleh penghasilan. Iklan tersebut dapat muncul dalam
berbagai bentuk seperti banner yang berada di bagian konten, di sidebar
ataupun bentuk periklanan konvensional lain.
Namun ternyata di saat perkembangan
trend penggunaan layanan online sudah begitu berkembang seperti saat
ini, netizen juga merasa bahwa penggunaan iklan konvensional memberikan
dampak yang cukup negatif seperti mengganggu dari sisi tampilan visual.
Selain itu adanya banner iklan online tak jarang juga akan memperberat
ketika pengguna mengakses situs tersebut.
Kembali kepada permasalahan Instagram,
sejak awal didirikan, Kevin Systrom sebagai otak lahirnya media sosial
ini merasa setuju bahwa penggunaan iklan banner konvensional merupakan
sebuah bentuk kemunduran dari sistem periklanan digital modern. Harusnya
pengguna disuguhkan sesuatu yang lebih elegan namun efektif bagi para
pengiklan.
Sebagai informasi, setelah di akuisisi
oleh Facebook dengan nilai US$1 miliar beberapa tahun yang lalu,
Instagram praktis mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam
jumlah pengguna maupun keterkaitan pelanggan. Dari awalnya 150 juta
pengguna, angka tersebut terus merangkak naik seiring dengan
ketertarikan banyak brand besar dunia untuk bisa berkolaborasi dengan
Instagram lewat program periklanan.
Namun Kevin Systrom nampaknya tetap
kokoh pada pendirian dan idealismenya untuk tidak menampilkan iklan
banner tradisional pada layanan Instagram. Namun “paksaan” untuk
menghasilkan uang dari induk perusahaan, akhirnya memaksa Kevin memutar
otak untuk menghadirkan konsep iklan yang efektif bagi brand bisnis
namun tetap tidak merugikan pengguna.
Iklan Sebagai Konten yang Diminati Pengguna
Akhirnya, jalan tengah didapatkan oleh
Kevin ketika kala itu pertama kali menjalin program periklanan dengan
salah satu brand produk jam tangan mewah Michael Kors. Michael Kors yang
sudah menjadi bagian dari Instagram selama beberapa waktu, memang rajin
mengunggah konten foto maupun video kualitas yang sangat baik. Dari
sinilah konsep periklanan dimunculkan dengan cara memasang konten foto
milik akun Instagram Michael Kors di photo stream untuk pengguna kawasan
Amerika.
Hasilnya, tak lebih dari setengah hari
setelah “iklan” tersebut dipasang, akun Michael Kors kebanjiran follower
baru sebanyak 33.985 orang. Tidak hanya itu, konten foto milik Michael
Kors yang dipasang di photo stream Instagram, juga mendapatkan like
lebih dari 217.700 pengguna, setelah sebelumnya rata-rata hanya
mendapatkan 46.000 like untuk setiap konten foto.
Di sinilah kuncinya, bahwa konten iklan
yang ditampilkan di Instagram merupakan konten yang benar-benar diminati
dan bisa dinikmati oleh followers brand bisnis tersebut. Dari sisi
kualitas konten, juga akan sangat dijaga sehingga tidak akan muncul
komplain karena adanya tampilan visual yang mengganggu.
Ketika pertama kali memperkenalkan
konsep periklanan yang cerdas tersebut, pihak pengembang Instagram juga
melakukan seleksi yang ketat untuk brand yang ingin beriklan. Hanya
brand yang memiliki konten baik dan juga mempunyai basis follower yang
cukup saja, yang bisa masuk dalam program periklanan tersebut.
Disampaikan oleh Direktur Operasional
Instagram, Emily White konsep periklanan yang diterapkan oleh Instagram
tersebut hampir menyerupai dengan beberapa majalah fashion dunia seperti
Vogue. Majalah ini berhasil mendatangkan pundi keuntungan yang luar
biasa besar dengan konsep memasang iklan di pakaian yang dikenakan oleh
model. Hal ini tentu tidak akan mengganggu para pembaca, namun justru
akan meningkatkan brand awareness sekaligus menguntungkan bagi pihak
pengiklan.
Post a Comment